Rabu, 15 Oktober 2008

Putting on the Writing Habit None of Those Old Excuses Will Work

by Carolyne Dekat
Your goal is to turn writing into a habit that you’re so passionate about, you won’t even think about stopping. To do that, you have to tailor your writing habit to fit you. Only you can do it, and your solution will be as individual as you are. It’s logical then to start with some self-examination.Try keeping a detailed log of what you do each day. Do this for however long you have the patience to do it, the longer the better. In the end, you’ll examine your log to look for these things:
1) What are some things that you do routinely in your day without thinking about them?
2) Where are some areas that you could buy out time?
3) When is your best time of day?
Finding Routines
Simply linking your writing to something that you already do on a regular basis can boost your success. For instance, if you spend some time every morning nursing a cup of coffee, try settling in with a pen and paper and doing some writing at the same time. Other possibilities may include writing during work breaks or at lunch, writing after you brush your teeth at night. If you walk your dog and come up with terrific ideas while you do it, why not spend the first ten minutes after you get home writing them down?
Buying Out the Time
Sometimes you’ll find that there are things that you do in your day just because that’s what you’ve always done and not necessarily because you enjoy or need to do them. One example I read about is watching the late night news. I honed in on this because it is something I do. However, I watch the news earlier in the evening, and rarely does anything change drastically in the four hours between the two. So this would be an ideal time for me to tune out the TV and tune into writing.The thing is, you’ll never find the time to write. We are given a set number of minutes in a day and no one is going to hand us any extra. If you’re going to write, you have to make up your mind that you’ll buy the time from other activities to do it.
Your Best Time of Day
What is the best time of day for you to write? Look for spots in your day when you’re at your peak and when you’re least likely to be interrupted. We’re Not Talking Marathons HereThis can be a huge stumbling block. If your writing is hit and miss now, it’s absurd to say that you’re going to begin writing an hour a day, every day, starting now. It's okay to have that as a goal, but you need to work up to it.Start with something that doesn’t intimidate your internal critic. Say ten minutes a day, three times a week. What’s ten minutes out of an entire day? You still have 1430 other minutes to spend on all your other obligations. That’s all you’re looking for right now—a ten minute window when you can sit down and create on a regular basis.
Your Assignment
Decide now how long you would like to do keep an activity log and then go for it! Click here for a form to make it easy. (I told you, no excuses!) Remember to keep the log at work because there may be opportunities lurking there, too.

Jumat, 10 Oktober 2008

Bunga Kehidupan

Tidak ada siswa sekolah yang tidak merasa gembira, pada saat dirinya naik kelas. Setelah satu tahun mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan, pada saat akhir tahun mereka akan menikmati hasil dari jerih payahnya. Keberhasilan dalam menguasai materi-materi pelajaran di kelas sebelumnya, menyebabkan para siswa berhak untuk menerima pelajaran yang lebih rumit dan beragam di kelas yang lebih tinggi.
Diantara kebanyakan siswa yang merasakan kegembiraan pada saat naik kelas, salah satunya adalah Anita yang biasa dipanggil Nita. Nita sekarang naik kelas tiga di sebuah SMP Negeri. Sebagaimana keumuman yang terjadi, siswa-siswi kelas tiga SMP secara fisik dan psikologis telah mengalami perubahan dalam berbagai hal, mereka mulai meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa remaja.
Masa remaja merupakan masa yang amat mengesankan bagi sebagian besar orang. Banyak cerita dan kenangan indah dalam hidup terjadi pada saat remaja. Kebanyakan kenangan mengesankan tersebut terjadi pada saat masih bersekolah, yang dilalui bersama dengan teman-temannya.
Sebagaimana remaja putri yang menyukai tanaman bunga, Nita juga memiliki kegemaran menanam bunga. Dipekarangan depan rumahnya yang luas, Nita mempunyai taman yang ditumbuhi dengan berbagai macam bunga warna-warni. Taman bunga itu sudah ada sejak Nita masih kelas lima Sekolah Dasar, dan sampai sekarang masih terawat dengan baik.
Bahkan tanaman bunga yang ada di taman itu, semakin lama semakin beragam jenisnya. Nita tidak pernah merasa bosan untuk terus merawat taman bunga miliknya. Setiap kali ada tanaman yang berbunga bagus, Nita pasti akan menanamnya di taman untuk menambah koleksi tanaman yang sudah dimilikinya.
Halaman depan rumah Nita nampak semakin indah, dengan berbagai macam tanaman bunga yang ada di taman. Bau harum semerbak tercium dimana-mana, pemandangan di sekitar rumah juga semakin enak untuk dipandang mata. Orang tidak akan merasa jemu memandang taman bunga, meskipun setiap hari terus memandanginya.

(to be continued)

Kamis, 25 September 2008

Strategi Kampanye


Buku ini merupakan sebuah rangkuman penggal perjalanan Amien Rais dalam kancah perpolitikan Indonesia, khususnya berkaitan dengan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden Langsung yang terselenggara untuk pertama kalinya di Indonesia tahun 2004. Sosok Amien Rais terkenal dengan gaya bicara yang tanpa tedheng aling-aling. Amien Rais menempatkan dirinya sebagai seorang “tukang adzan” yang mengoreksi dan menyuarakan kebenaran berkaitan dengan masalah sosial kenegaraan. Ia menempatkan diri sebagai seorang korektor yang berada di luar sistem. Pernyataan-pernyataan Amien yang sangat lugas tentang kondisi Indonesia mulai dari soal suksesi, kesenjangan sosial, dan tentang masalah teknis kontrak karya PT. Freeport Indonesia dan tambang emas Busang di Kalimantan Timur, telah menyebabkan posisinya berhadap-hadapan dengan penguasa. Posisinya sebagai seorang Ketua Umum Muhammadiyah, Ketua Dewan Pakar ICMI, dan intelektual kampus, membuat suaranya cukup didengar di level nasional. Peristiwa yang semakin melambungkan namanya dalam cakrawala langit intelektual kritis Indonesia, adalah keberaniannya untuk bicara tentang perlunya pergantian pucuk pimpinan nasional di saat Orde Baru di bawah Soeharto sedang berada dalam masa jayanya. Padahal, saat itu hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada lini kehidupan bangsa yang bisa lepas dari pengawasan dan intervensi kekuasaan otoriter tersebut.Gagasan suksesi yang digulirkan oleh Amien Rais dapat dimaklumi sepenuhnya, karena hampir setengah abad Indonesia merdeka sebagai bangsa, belum pernah Republik ini punya pengalaman bagaimana memilih presiden. Baik Bung Karno maupun Pak Harto menjadi presiden karena proses sejarah, atau lebih tepatnya berkaitan dengan aksiden sejarah. Keberanian Muhammadiyah untuk membicarakan masalah suksesi karena hal tersebut sesuai dengan sunnatullah atau proses alami.Amien menilai paling tidak ada dua skenario mekanisme suksesi, pertama, dilakukan dengan perubahan-perubahan sistem pemilu, sistem keanggotaan DPR/MPR, dan perubahan dalam berbagai hal menyangkut pemilihan presiden dan wakil presiden agar betul-betul lebih demokratis. Kedua, sistem politik yang sudah berjalan selama ini, dipertahankan tetapi dibarengi dengan keterbukaan agar aspirasi masyarakat dapat dideteksi dengan mudah.Amien juga menawarkan gagasan tentang suksesi itu melalui kampus-kampus sebagai dunianya kaum intelektual. Ide tersebut antara lain digelar di ITB, Unibraw, CIDES, Unpar, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan lain-lain. Sambutan dari mahasiswa bagus sekali, sehingga tidak mengherankan apabila eksponen utama yang memaksa lengsernya Soeharto dari tampuk kekuasaannya adalah mahasiswa dengan Amien Rais sebagai lokomotifnya. Dengan peristiwa ini, Amien telah menggoreskan namanya dengan tinta emas dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sehingga mendapat julukan Bapak Reformasi.PAN dan Pemilihan Presiden LangsungBerbicara tentang Partai Amanat Nasional, tidak dapat dilepaskan dari sosok Amien Rais. Keduanya bagaikan dua buah sisi dalam sekeping mata uang yang tidak terpisahkan. PAN dideklarasikan di Istora Senayan yang sekarang berubah nama menjadi Gelora Bung Karno, pada Minggu 23 Agustus 1998 pukul 10.00. PAN merupakan salah satu hasil dari ide brilian dan berbobot yang dihasilkan oleh Amien Rais. Asas partai yang bersifat inklusif merupakan langkah awal untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Amien tampaknya menyadari betul bahwa untuk membangun sebuah negara besar seperti Indonesia, diperlukan kerjasama dari berbagai komponen anak bangsa. Diharapkan PAN akan menjadi replika dari Indonesia mini dengan berbagai latar belakang sosio-kultural yang begitu kompleks dan majemuk.Untuk mewujudkan PAN sebagai partai yang benar-benar lepas dari ikatan-ikatan sektarianisme dan primordialisme, Amien menggandeng tokoh-tokoh yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Dari tokoh agama Kristen misalnya, Th. Sumartana yang merupakan direktur Institut Antariman Indonesia (Dian), menjabat sebagai salah satu ketua PAN. Di samping itu, PAN juga merangkul tokoh-tokoh lain dari agama Hindu, Budha, purnawirawan, tokoh dari kawasan timur Indonesia, dan orang-orang keturunan Cina. Dengan langkah tersebut, Amien berusaha mencitrakan diri sebagai seorang demokrat. Dengan demikian, perbedaan merupakan sesuatu yang wajar dan biasa dalam sebuah sistem politik yang demokratis.Sejak dideklarasikan pada tahun 1998, sampai sekarang PAN telah dua kali ikut bertarung dalam proses pemilihan umum, yaitu pada pemilu tahun 1999 dan 2004. Untuk ukuran perjalanan sebuah partai politik, PAN belum banyak mengenyam asam-garam kehidupan politik praktis. Dengan demikian, masih diperlukan berbagai eksperimen guna membenahi program-program dan rencana-rencana yang telah ditetapkan.Dengan mampu mengumpulkan suara 7,12% dari seluruh total pemilih di Indonesia pada pemilu 1999, PAN mampu menerobos masuk dalam jajaran lima partai pengumpul suara terbanyak. Walaupun “hanya” dengan suara 7,12%, namun PAN mampu mengantarkan Amien Rais sebagai ketua umum menduduki kursi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 1999-2004. Keberhasilan Amien menjadi ketua MPR tersebut merupakan hasil dari adanya bargaining position di antara partai-partai besar untuk membagi kedudukan di lembaga tinggi Negara. Hal ini dikarenakan tidak adanya partai yang menjadi mayoritas mutlak, sehingga tidak ada partai yang berhak menyusun pemerintahan sendiri tanpa melibatkan partai lain.Meskipun bukan partai pemenang pemilu, namun PAN mampu menunjukkan diri sebagai partai yang berkualitas. Ini dibuktikan dengan besarnya peran yang dimainkan oleh PAN di parlemen. Dengan Fraksi Reformasinya, yang merupakan koalisi dengan PK sebelum berubah menjadi PKS, Amien memelopori naiknya Abdurrahman Wahid sebagai presiden (dalam pemungutan suara), mengganjal Megawati, calon dari PDI-P yang merupakan partai pemenang pemilu 1999.Tahun 2004 bisa dikatakan merupakan buah dari pohon suksesi dua pintu yang ditanam oleh Amien Rais, ketika menggulirkan isu pergantian kepemimpinan nasional. Pada tahun ini benar-benar terjadi, bahwa kursi presiden dan wakil presiden bisa diperebutkan melalui pemilihan langsung oleh rakyat. Partai Amanat Nasional sebagai kendaraan politik Amien, secara resmi mencalonkannya sebagai calon presiden pada Rakernas PAN di Batam. Salah satu rekomendasi yang dihasilkan adalah pencalonan Amien Rais sebagai presiden pada pemilu 2004.Kampanye Gaya BaruBagi para calon yang terbatas kemampuan keuangannya, kampanye elektronik tentu sangat mahal. Namun penggunaan media elektronik (televisi), sangat berpengaruh besar terhadap popularitas sang kandidat. Banyak orang yang sebelumnya tidak dikenal sama sekali, tetapi karena publisitas oleh media televisi, dalam waktu singkat dapat menjadi orang terkenal dan terdongkrak citranya.Dengan memanfaatkan media elektronik khususnya televisi, pesan-pesan politik yang disampaikan oleh kandidat dapat menjangkau berbagai kalangan, baik itu yang sudah bersimpati kepada calon tersebut maupun yang belum.Keuntungan lain dari strategi kampanye lewat media televisi adalah pesan-pesan politik yang disampaikan oleh calon presiden akan lebih mudah untuk ditangkap oleh khalayak umum, karena biasanya kampanye tersebut ditayangkan di sela-sela acara hiburan. Apalagi waktu yang disediakan oleh masyarakat untuk menikmati acara televisi sangat besar.Tradisi kampanye dalam bentuk rapat raksasa di lapangan yang berjalan selama ini di Indonesia, tidak pernah lepas dari adanya segi hiburan untuk menggerakkan emosi generasi muda. Akan tetapi, jika kampanye pemilu harus sungguh-sungguh hendak menuju pada peningkatan kualitas pendidikan politik, maka unsur nalar harus lebih sering unggul atas emosi dan bukan sebaliknya.Perkembangan teknologi dalam bidang media massa yang sangat pesat, menyebabkan para kandidat sangat tergantung pada media massa dalam membangun citra dirinya sebagai calon terbaik. Kemampuan media massa dalam mengubah citra seorang calon dalam waktu yang relatif singkat, jelas tidak dimiliki media lain kecuali televisi. Media ini mampu menenggelamkan sekaligus mendorong ke atas dengan sangat cepat karier politik seseorang.Kemunculan media massa khususnya televisi dalam arena pemilihan dan kampanye, menurunkan secara bertahap peranan tradisional partai politik. Dewasa ini partai politik bukan lagi satu-satunya lembaga paling berpengaruh dalam kegiatan kampanye politik. Peliputan oleh media massa lebih banyak difokuskan pada kegiatan para calon selama masa kampanye berlangsung.Tim kampanye Amien Rais menyadari hal ini. Lewat media elektronik, Amien berkampanye tentang kepantasan dirinya untuk dipilih menjadi calon presiden. Ia dibantu oleh tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang profesi dalam bentuk testimoni (pengakuan). Ongkos produksi yang mahal bisa diatasi dengan memaksimalkan penggalian dana kampanye. Langkah yang bisa dilakukan misalnya dengan menggandeng sebanyak mungkin pengusaha untuk memperkuat basis dukungan.Namun, keterbatasan dana kampanye yang dimiliki, menyebabkan kubu Amien-Siswono tidak menggunakan media elektronik khususnya televisi sebagai sarana utama strategi kampanye. Selain media elektronik, Amien Rais melakukan pertemuan terbatas dengan para tokoh, dengan harapan akan banyak khalayak lapis bawah yang kemudian akan memberikan dukungan sesuai tokoh yang menjadi panutannya. Langkah ini efektif dilakukan dalam struktur masyarakat yang budaya paternalistiknya masih mengakar kuat. Dalam tatap muka dan dialog, Amien memilih tempat-tempat yang merupakan pusat aktivitas masyarakat, misalnya masjid, pasar, stasiun. Tempat-tempat tersebut dapat menampung spektrum sosial yang sangat kompleks, yang tidak terbatasi oleh sekat-sekat hierarki sosial yang ada dalam masyarakat.Kubu Amien juga menerapkan model kampanye murah sebagai strategi utama untuk menggalang dukungan massa. Kampanye model ini dilakukan dengan cara membagikan brosur, kaos, pin, pamflet, stiker, dan kalender kepada masyarakat, serta memasang spanduk dan billboard. Langkah ini ditempuh Amien karena terinspirasi oleh keberhasilan PKS dalam “melambungkan” suaranya pada saat pemilu legislatif. Berkaitan dengan koalisi, Amien Rais merupakan capres yang paling banyak mendapatkan dukungan di luar partai yang mengusungnya sebagai capres. Partai yang mendukung pasangan Amien-Siswono tersebut adalah PKS, PBR, PNBK, PNI Marhaenisme, PPDI, PSI, dan PBSD. Oleh karenanya, tim sukses pusat Amien Rais terdiri dari berbagai kalangan, termasuk tokoh dari partai-partai kecil yang terlibat dalam adalah antara lain, Erros Djarot (Ketua Umum Partai Nasional Banteng Kemerdekaan), yang menduduki posisi ketua umum dewan pertimbangan. Dari Partai Sarikat Indonesia yang terlibat dalam tim ini adalah Rahardjo Cakraningrat, Sukmawati Soekarno Putri, yang merupakan pendiri dan sekaligus ketua umum PNI Marhaenisme juga menduduki posisi sebagai ketua dewan pertimbangan.HasilAmien Rais memutuskan untuk tetap maju sebagai capres dalam pemilihan presiden langsung 2004, pada hari Senin 12 April 2004 di kantor pimpinan pusat Muhammadiyah. Setelah mengetahui hasil akhir perhitungan suara pemilu legislatif, dan ternyata suara yang diperolah PAN jauh dari target yang diharapkan, hal ini membuat Amien kecewa sehingga jarang muncul di hadapan publik dan juga media. Keadaan tersebut menimbulkan spekulasi di banyak kalangan akan jadi maju tidaknya Amien dalam pilpres langsung. Dari hasil perhitungan suara pada putaran pertama, pasangan Amien-Siswono mendapatkan total suara sebesar 17.392.931 dari total suara sah 118.656.868. Dengan perolehan suara tersebut, pasangan Amien-Siswono menduduki peringkat ke empat dari lima pasangan calon yang mengikuti pemilihan presiden secara langsung tersebut.Catatan AkhirSejak diberlakukannya sistem pemilihan umum langsung, yakni lembaga legislatif dan eksekutif dipilih langsung oleh pemilihnya, bangsa Indonesia mengalami babak baru dalam kehidupan berdemokrasi. Sebagai sesuatu yang baru, masih terjadi kegagapan, eforia, dan sesekali konflik di tingkat bawah karena ketidaksiapan kontestan untuk kalah. Sistem pemilihan langsung, baik itu dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) ataupun Pemilu (Pemilihan Umum), memang mengisyaratkan keterlibatan dan interaksi langsung antara pemilih dan yang dipilih, sehingga tak urung terjadi pergesekan antar-massa fanatik.Yang menarik dicermati, sistem-langsung ini menjadikan calon harus lebh rajin berpromosi, beriklan, dan menawarkan diri serta program andalannya, tidak bisa lagi sekadar menggantungkan diri pada mesin politik seperti era sebelumnya. Apalagi, ada trend munculnya calon perseorangan--ketika pencalonan lewat partai dirasakan lebih mahal--sehingga kerja-kerja kampanye musti dikelola mandiri secara lebih profesional namun efektif biaya. Tentu saja kondisi ini membutuhkan strategi jitu, pembacaan kondisi massa (audience) secara lebih cermat, hingga memunculkan berbagai lembaga dan individu yang menawaran jasa sebagai tim sukses, konsultan, tim survei kepopuleran dan quick count, sekaligus biro iklan politik. Iklan politik pun merambah ke mana-mana, tidak saja di ruang publik di jalanan, namun berjubel di media cetak dan elektronik yang membutuhkan dana besar. Dalam situasi unik ini, buku ini hadir guna merayakan proses pemilihan langsung yang niscaya semakin semarak di bumi Nusantara, baik dalam Pilkada di berbagai penjuru negeri, maupun perhelatan akbar memilih RI-1 tahun 2009. Buku ini merangkum sepak terjang Amien Rais--sebagai ikon tokoh prodemokrasi yang menjadi pendorong proses reformasi di Indonesia--dalam mengikuti pemilihan umum langsung. sebagai calon presiden. Ia menggandeng Siswono Yudho Husodo, tokoh nasionalis sipil dari HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia). Melalui buku ini, Anda dibawa meninjau strategi kampanye dan pemenangan pemilihan presiden-wapres. Bagaimanakah cara mendayagunakan sumberdaya yang ada secara efisien? Bagaimanakah cara mengelola kampanye secara low budget namun efektif? Dipaparkan pula keberhasilan dan kegagalan strategi tersebut, sebagai pelajaran berharga bagi mereka yang berkecimpung sebagai tim sukses, Anda yang berminat mengamati jalannya proses demokratisasi di negeri ini, ataupun Anda yang ingin terlibat penuh dalam pesta demokrasi dan tidak ingin sekadar menjadi penonton pasif saja. Nah, selamat membaca.

Seks Dalam Kehidupan Manusia


Masalah seks memang selalu menarik untuk dikupas, diperbincangkan, dan terus digali lika-likunya. Seks merupakan salah satu kebutuhan alamiah dasar manusia, tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa berlepas diri dengan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan seks. Seks dalam kehidupan manusia bisa dikatakan berjalan seiring dengan setiap desahan napas dan denyut nadi kehidupan. Bisa dikatakan bahwa seks adalah kehidupan itu sendiri, artinya adalah bahwa antara seks dengan hidup dan kehidupan adalah seperti dua sisi mata uang.Asal mula kejadian manusia adalah dari aktivitas seks yang melibatkan dua jenis seks yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Setelah hasil dari aktivitas seks antara laki-laki dan perempuan tersebut menghasilkan janin dan melewati masa kehamilan, kemudian lahirlah manusia baru. Satu pertanyaan yang dilontarkan ketika manusia baru tersebut lahir adalah tentang jenis kelaminnya. Setelah itu si orangtua harus memikirkan nama bagi bayinya tersebut, dan masalah penamaan ini tentu saja disesuaikan dengan jenis kelamin. Dengan begitu, ketika orang mendengar namanya sudah dapat mengetahui jenis kelaminnya apakah lelaki ataukah perempuan meskipun belum melihat orangnya.Menginjak usia anak-anak ketika sedang senang-senangnya bermain, orangtua juga cenderung menyesuaikan jenis mainan dengan jenis kelamin anaknya. Misalnya, anak laki-laki dibelikan pistol ataupun mobil-mobilan, dan anak perempuan diberi mainan boneka atau seperangkat mainan alat-alat dapur. . Ada pendapat bahwa jenis mainan yang diberikan akan berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan si anak. Dalam hal pakaian dan segala atributnya seperti tas, sepatu, kaos kaki, juga menyesuaikan dengan jenis kelamin pemakainya. Dari sini, penanaman orientasi seksual seseorang makin terbentuk, dilihat dari kebutuhan yang melekat dalam dirinya.Dalam proses pergaulan juga terjadi pengelompokan berdasarkan kategori jenis seks ini. Perempuan akan mengelompok dengan teman-temannya yang perempuan, sedangkan yang laki-laki juga akan demikian pula adanya. Meskipun, tidak jarang terjadi pembauran antara laki-laki dan perempuan terutama ketika menginjak usia dewasa, ketika sudah ada rasa ketertarikan pada lawan jenis. Namun yang jelas ada kecenderungan kuat, ketika masih berusia anak-anak akan berkumpul dengan teman sejenisnya. Hal ini sangat berkaitan dengan jenis permainan yang akan dilakukan, misalnya anak laki-laki biasa bermain perang-perangan dan anak perempuan bermain masak-masakan.Dalam masyarakat tertentu, masalah seks dianggap tabu untuk dibicarakan atau dikupas, namun dalam masyarakat lain, ada keleluasaan untuk memvisualisasikan masalah seks dengan begitu bebas, bahkan menjurus pada sesuatu yang dianggap porno oleh masyarakat lain. Masyarakat yang menganggap tabu tentang seks, terlanjur mempunyai pemahaman bahwa yang namanya seks selalu identik dengan hubungan seksual. Padahal hubungan seksual hanyalah salah satu bagian dari berbagai sisi positif maupun negatif yang dapat dikupas tentang masalah seks ini. Adat orang-orang Timur biasanya agak tertutup untuk berbincang masalah seks, walaupun terdapat kecenderungan mulai terbuka terhadap masalah-masalah yang berbau seksualitas.Bagi masyarakat lain, di Barat misalnya, seks dipandang sebagai sesuatu yang biasa sebagaimana rutinitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Seks dianggap sama dengan makan, minum, dan berbagai aktivitas keseharian lainnya sehingga tidak perlu tabu untuk dibicarakan. Dalam hal-hal tertentu, seks sangat lumrah dijadikan sebagai konsumsi publik, bahkan bisa menjadi komoditi bisnis yang menggiurkan karena banyak mendatangkan keuntungan finansial. Pandangan seperti ini dari hari ke hari pengaruhnya makin meluas dan menyebar dengan cepatnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya seringkali meresahkan, karena dianggap dapat merusak dan meracuni moral bangsa, terutama generasi muda.Cara pandang seseorang terhadap masalah seks dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah penanaman kesadaran terhadap seks yang diterima sejak kecil dari orangtua. Tatkala orangtua menanamkan pemahaman yang benar tentang seks kepada anak-anaknya sejak dini, diharapkan kelak dewasa dapat lebih menjaga diri sehingga tidak bertindak sesuatu yang bisa berakibat tidak baik dalam proses kehidupannya berkaitan dengan masalah seksualitas. Keingintahuan terhadap segala sesuatu yang berbau seks pasti dialami oleh semua orang dalam fase kehidupannya, terutama pada masa peralihan dari kategori usia anak-anak menuju kategori usia dewasa atau diistilahkan sebagai masa puber, yaitu ketika seseorang sedang berada dalam proses pencarian jati diri menuju kedewasaan.Faktor lain yang mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap seks adalah faktor lingkungan. Malahan, ini menjadi faktor dominan yang sangat berpengaruh dalam diri seseorang. Tidak heran apabila ada anak yang dibesarkan dalam komunitas keluarga terdidik dan taat beragama, tetapi karena lingkungan pergaulannya sehari-hari berisi orang yang “rusak”, anak tersebut terjerumus ke dalam perilaku seksual yang membahayakan. Sikap pendiam dan penurut seorang anak di dalam lingkungan keluarga, bukan jaminan bahwa di luar lingkungan keluarganya ia juga akan menjadi anak dengan sopan-santun dan kelakuan terpuji.Satu hal mendasar yang perlu menjadi kesadaran bersama bahwa pemahaman tentang seks tidak harus melulu persebadanan. Walaupun harus diakui bahwa citra terkuat tentang masalah seks adalah persebadanan, namun harus dipahami juga bahwa cakupan makna tentang masalah seks sangatlah luas dan beragam. Dalam tubuh manusia sendiri ada pembedaan tentang seks yang berarti alat kelamin, yaitu seks dalam arti alat kelamin primer maupun alat kelamin sekunder. Keduanya sama penting untuk mendapatkan perhatian sehingga akan terbangun sebuah pemahaman komprehensif tentang seksualitas dalam diri seseorang.Bagaimana dengan Islam, apakah juga mengatur dan mengkonsepsikan masalah seks? Islam mengatur prinsip-prinsip seks bagi para pemeluknya, bahkan aturan tersebut sangat komplit dan luas. Konsep tentang seks dalam Islam tidak hanya masalah persebadanan semata, akan tetapi jauh lebih dari itu. Beberapa konsep seksualitas dalam Islam antara lain tabarruj, ikhtilath, khalwat, muhrim, aurat, ihtilam, nifas, haid, sampai pada persebadanan (jima’) itu sendiri. Bahkan praktik percintaan sejenis (homoseks/liwath) dikupas oleh Islam. Tidak hanya itu, percobaan perselingkuhan (meskipun gagal) juga diabadikan Islam dalam al-Qur’an (kasus Nabi Yusuf dan Zulaikha). Al-Hadits, sebagai aturan hukum pendamping yang merupakan penjabaran atau penjelas dari al-Qur’an, juga semakin mengkonkritkan konsep seks dalam Islam.Konsep seks dalam Islam merupakan panduan bagi para pemeluknya agar kehormatan dirinya selaku manusia tetap terjaga. Tuntunan tersebut terkesan sepele sehingga terkadang maksud mulia yang dikandungnya terkaburkan oleh hal-hal praktis, padahal kalau dicermati secara lebih seksama, maksud yang hendak dicapai dapat semakin mengokohkan harmoni hidup kemanusiaan. Sebagai contoh tentang aurat, bagi wanita yang sudah baligh, anggota tubuh yang selain muka dan telapak tangan wajib ditutupi dengan pakaian sehingga tidak tampak dan juga tidak kelihatan bentuk aslinya. Tetapi dewasa ini, bukannya ditutupi tetapi malah diumbar di mana-mana, pun jika ditutup namun bentuk asli tubuhnya tetap kelihatan karena ketatnya pakaian yang dikenakan. Maka dari itu, tidaklah mengherankan apabila terjadi banyak pelecehan seksual terhadap perempuan dan bahkan perkosaan. Parahnya lagi, aurat sekarang ini dijadikan komoditi bisnis sehingga banyak orang berlomba-lomba dan bahkan tanpa rasa sungkan dan malu mempertontonkan.Kemuliaan dalam Islam akan didapatkan apabila para pemeluknya secara konsisten berusaha mengamalkan ajaran dan aturan Islam tersebut. Namun, orientasi utama manusia saat ini bukan lagi berusaha untuk mencapai kemuliaan, akan tetapi lebih pada perlombaan untuk memperkaya materi, mencapai kepuasan dan kesenangan pribadi. Akibatnya, tatanan sosial masyarakat yang terbentuk jauh dari nilai-nilai dasar Islam, meskipun hal tersebut terjadi dalam komunitas yang sebagian besar beragama Islam. Meskipun Islam menawarkan konsepsi lengkap dalam masalah-masalah seks, namun sebagian umat Islam sendiri mengabaikannya dan berkiblat pada konsep di luar Islam. Memang harus diakui bahwa penetrasi budaya asing dalam berbagai bidang kehidupan amat terasa kuat pengaruhnya. Padahal tidak semua yang berasal dari “luar” selalu baik dan layak ditiru. Dalam hal tertentu (masalah seks terutama) apa yang dari luar tersebut justru banyak yang merendahkan martabat kemanusiaan. Lihat saja bagaimana produk pakaian, cara bergaul, sampai pada masalah hubungan seks itu sendiri. Meski sebagian besar bertolak belakang dengan Islam, nilai-nilai budaya luar sudah mendominasi setiap bidang kehidupan masyarakat muslim.Demikianlah, bahwa indahnya seks dalam Islam dapat kita temui dan dapat kita rasakan, apabila tetap berpegang pada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tempat kembali dan berpijak. Hal ini karena segala sesuatu yang terdapat dalam Islam, indahnya akan dapat terasakan apabila diamalkan, bukan hanya diamati, dipelajari, diteliti, dikaji, didiskusikan, dan dihapalkan. Keindahan dalam pengamalan terhadap nilai-nilai keislaman akan membawa kita dalam suasana ketenangan batin sesuai dengan yang kita cita-citakan.***

Mufasir Cinta

Pengantar Penulis
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula.” {an-Nur: 26}

Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT, “Penyebab Tanpa Sebab”, karena atas “Sebab-Nya” kita dapat menjadi “penyebab”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada “lentera peradaban”, baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menebar bibit nilai-nilai estetik dan humanis di seantero jagat raya.Tentu semua sepakat bahwa cinta merupakan salah satu kenikmatan yang diberikan oleh “Penyebab Tanpa Sebab” yang mempunyai kedudukan istimewa dalam perjalanan sejarah manusia. Kedahsyatan kekuatan cinta telah mengharu-birukan kehidupan insan. Dalil-dalil cinta merupakan sebuah misteri yang berada di luar jangkauan konsepsi nalar dan pemikiran logis. Sikap rasional manusia sering tidak berdaya manakala berbenturan dengan kedigdayaannya. Semua luruh dalam terpaan gelombang rasa yang datang bergulung-gulung dan beruntun.
Proses menemukan jodoh sebagai babak dari perjalanan cinta, dan apabila seseorang telah mendapatkannya untuk dijadikan pasangan hidup sebagai dermaga akhir perjalanan yang ditempuh, semua itu dapat dikatakan merupakan wilayah hukum kausalitas berdimensi linear (berdasarkan pada ayat di atas). Baik bertemu baik, buruk berjumpa buruk, tentu saja kualifikasi yang dipakai adalah dalam konfigurasi dan terma-terma religiositas, bukan yang lainnya. Kadar kualitas dalam diri kita akan amat menentukan dengan siapa kita akan dipertemukan dengan seseorang untuk meneruskan estafet kehidupan berperadaban.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah menanam andil sehingga novel ini dapat terbit, penulis menghaturkan banyak terimakasih.
Yogyakarta, 9 September 2007