Kamis, 25 September 2008

Seks Dalam Kehidupan Manusia


Masalah seks memang selalu menarik untuk dikupas, diperbincangkan, dan terus digali lika-likunya. Seks merupakan salah satu kebutuhan alamiah dasar manusia, tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa berlepas diri dengan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan seks. Seks dalam kehidupan manusia bisa dikatakan berjalan seiring dengan setiap desahan napas dan denyut nadi kehidupan. Bisa dikatakan bahwa seks adalah kehidupan itu sendiri, artinya adalah bahwa antara seks dengan hidup dan kehidupan adalah seperti dua sisi mata uang.Asal mula kejadian manusia adalah dari aktivitas seks yang melibatkan dua jenis seks yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Setelah hasil dari aktivitas seks antara laki-laki dan perempuan tersebut menghasilkan janin dan melewati masa kehamilan, kemudian lahirlah manusia baru. Satu pertanyaan yang dilontarkan ketika manusia baru tersebut lahir adalah tentang jenis kelaminnya. Setelah itu si orangtua harus memikirkan nama bagi bayinya tersebut, dan masalah penamaan ini tentu saja disesuaikan dengan jenis kelamin. Dengan begitu, ketika orang mendengar namanya sudah dapat mengetahui jenis kelaminnya apakah lelaki ataukah perempuan meskipun belum melihat orangnya.Menginjak usia anak-anak ketika sedang senang-senangnya bermain, orangtua juga cenderung menyesuaikan jenis mainan dengan jenis kelamin anaknya. Misalnya, anak laki-laki dibelikan pistol ataupun mobil-mobilan, dan anak perempuan diberi mainan boneka atau seperangkat mainan alat-alat dapur. . Ada pendapat bahwa jenis mainan yang diberikan akan berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan si anak. Dalam hal pakaian dan segala atributnya seperti tas, sepatu, kaos kaki, juga menyesuaikan dengan jenis kelamin pemakainya. Dari sini, penanaman orientasi seksual seseorang makin terbentuk, dilihat dari kebutuhan yang melekat dalam dirinya.Dalam proses pergaulan juga terjadi pengelompokan berdasarkan kategori jenis seks ini. Perempuan akan mengelompok dengan teman-temannya yang perempuan, sedangkan yang laki-laki juga akan demikian pula adanya. Meskipun, tidak jarang terjadi pembauran antara laki-laki dan perempuan terutama ketika menginjak usia dewasa, ketika sudah ada rasa ketertarikan pada lawan jenis. Namun yang jelas ada kecenderungan kuat, ketika masih berusia anak-anak akan berkumpul dengan teman sejenisnya. Hal ini sangat berkaitan dengan jenis permainan yang akan dilakukan, misalnya anak laki-laki biasa bermain perang-perangan dan anak perempuan bermain masak-masakan.Dalam masyarakat tertentu, masalah seks dianggap tabu untuk dibicarakan atau dikupas, namun dalam masyarakat lain, ada keleluasaan untuk memvisualisasikan masalah seks dengan begitu bebas, bahkan menjurus pada sesuatu yang dianggap porno oleh masyarakat lain. Masyarakat yang menganggap tabu tentang seks, terlanjur mempunyai pemahaman bahwa yang namanya seks selalu identik dengan hubungan seksual. Padahal hubungan seksual hanyalah salah satu bagian dari berbagai sisi positif maupun negatif yang dapat dikupas tentang masalah seks ini. Adat orang-orang Timur biasanya agak tertutup untuk berbincang masalah seks, walaupun terdapat kecenderungan mulai terbuka terhadap masalah-masalah yang berbau seksualitas.Bagi masyarakat lain, di Barat misalnya, seks dipandang sebagai sesuatu yang biasa sebagaimana rutinitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Seks dianggap sama dengan makan, minum, dan berbagai aktivitas keseharian lainnya sehingga tidak perlu tabu untuk dibicarakan. Dalam hal-hal tertentu, seks sangat lumrah dijadikan sebagai konsumsi publik, bahkan bisa menjadi komoditi bisnis yang menggiurkan karena banyak mendatangkan keuntungan finansial. Pandangan seperti ini dari hari ke hari pengaruhnya makin meluas dan menyebar dengan cepatnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya seringkali meresahkan, karena dianggap dapat merusak dan meracuni moral bangsa, terutama generasi muda.Cara pandang seseorang terhadap masalah seks dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah penanaman kesadaran terhadap seks yang diterima sejak kecil dari orangtua. Tatkala orangtua menanamkan pemahaman yang benar tentang seks kepada anak-anaknya sejak dini, diharapkan kelak dewasa dapat lebih menjaga diri sehingga tidak bertindak sesuatu yang bisa berakibat tidak baik dalam proses kehidupannya berkaitan dengan masalah seksualitas. Keingintahuan terhadap segala sesuatu yang berbau seks pasti dialami oleh semua orang dalam fase kehidupannya, terutama pada masa peralihan dari kategori usia anak-anak menuju kategori usia dewasa atau diistilahkan sebagai masa puber, yaitu ketika seseorang sedang berada dalam proses pencarian jati diri menuju kedewasaan.Faktor lain yang mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap seks adalah faktor lingkungan. Malahan, ini menjadi faktor dominan yang sangat berpengaruh dalam diri seseorang. Tidak heran apabila ada anak yang dibesarkan dalam komunitas keluarga terdidik dan taat beragama, tetapi karena lingkungan pergaulannya sehari-hari berisi orang yang “rusak”, anak tersebut terjerumus ke dalam perilaku seksual yang membahayakan. Sikap pendiam dan penurut seorang anak di dalam lingkungan keluarga, bukan jaminan bahwa di luar lingkungan keluarganya ia juga akan menjadi anak dengan sopan-santun dan kelakuan terpuji.Satu hal mendasar yang perlu menjadi kesadaran bersama bahwa pemahaman tentang seks tidak harus melulu persebadanan. Walaupun harus diakui bahwa citra terkuat tentang masalah seks adalah persebadanan, namun harus dipahami juga bahwa cakupan makna tentang masalah seks sangatlah luas dan beragam. Dalam tubuh manusia sendiri ada pembedaan tentang seks yang berarti alat kelamin, yaitu seks dalam arti alat kelamin primer maupun alat kelamin sekunder. Keduanya sama penting untuk mendapatkan perhatian sehingga akan terbangun sebuah pemahaman komprehensif tentang seksualitas dalam diri seseorang.Bagaimana dengan Islam, apakah juga mengatur dan mengkonsepsikan masalah seks? Islam mengatur prinsip-prinsip seks bagi para pemeluknya, bahkan aturan tersebut sangat komplit dan luas. Konsep tentang seks dalam Islam tidak hanya masalah persebadanan semata, akan tetapi jauh lebih dari itu. Beberapa konsep seksualitas dalam Islam antara lain tabarruj, ikhtilath, khalwat, muhrim, aurat, ihtilam, nifas, haid, sampai pada persebadanan (jima’) itu sendiri. Bahkan praktik percintaan sejenis (homoseks/liwath) dikupas oleh Islam. Tidak hanya itu, percobaan perselingkuhan (meskipun gagal) juga diabadikan Islam dalam al-Qur’an (kasus Nabi Yusuf dan Zulaikha). Al-Hadits, sebagai aturan hukum pendamping yang merupakan penjabaran atau penjelas dari al-Qur’an, juga semakin mengkonkritkan konsep seks dalam Islam.Konsep seks dalam Islam merupakan panduan bagi para pemeluknya agar kehormatan dirinya selaku manusia tetap terjaga. Tuntunan tersebut terkesan sepele sehingga terkadang maksud mulia yang dikandungnya terkaburkan oleh hal-hal praktis, padahal kalau dicermati secara lebih seksama, maksud yang hendak dicapai dapat semakin mengokohkan harmoni hidup kemanusiaan. Sebagai contoh tentang aurat, bagi wanita yang sudah baligh, anggota tubuh yang selain muka dan telapak tangan wajib ditutupi dengan pakaian sehingga tidak tampak dan juga tidak kelihatan bentuk aslinya. Tetapi dewasa ini, bukannya ditutupi tetapi malah diumbar di mana-mana, pun jika ditutup namun bentuk asli tubuhnya tetap kelihatan karena ketatnya pakaian yang dikenakan. Maka dari itu, tidaklah mengherankan apabila terjadi banyak pelecehan seksual terhadap perempuan dan bahkan perkosaan. Parahnya lagi, aurat sekarang ini dijadikan komoditi bisnis sehingga banyak orang berlomba-lomba dan bahkan tanpa rasa sungkan dan malu mempertontonkan.Kemuliaan dalam Islam akan didapatkan apabila para pemeluknya secara konsisten berusaha mengamalkan ajaran dan aturan Islam tersebut. Namun, orientasi utama manusia saat ini bukan lagi berusaha untuk mencapai kemuliaan, akan tetapi lebih pada perlombaan untuk memperkaya materi, mencapai kepuasan dan kesenangan pribadi. Akibatnya, tatanan sosial masyarakat yang terbentuk jauh dari nilai-nilai dasar Islam, meskipun hal tersebut terjadi dalam komunitas yang sebagian besar beragama Islam. Meskipun Islam menawarkan konsepsi lengkap dalam masalah-masalah seks, namun sebagian umat Islam sendiri mengabaikannya dan berkiblat pada konsep di luar Islam. Memang harus diakui bahwa penetrasi budaya asing dalam berbagai bidang kehidupan amat terasa kuat pengaruhnya. Padahal tidak semua yang berasal dari “luar” selalu baik dan layak ditiru. Dalam hal tertentu (masalah seks terutama) apa yang dari luar tersebut justru banyak yang merendahkan martabat kemanusiaan. Lihat saja bagaimana produk pakaian, cara bergaul, sampai pada masalah hubungan seks itu sendiri. Meski sebagian besar bertolak belakang dengan Islam, nilai-nilai budaya luar sudah mendominasi setiap bidang kehidupan masyarakat muslim.Demikianlah, bahwa indahnya seks dalam Islam dapat kita temui dan dapat kita rasakan, apabila tetap berpegang pada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tempat kembali dan berpijak. Hal ini karena segala sesuatu yang terdapat dalam Islam, indahnya akan dapat terasakan apabila diamalkan, bukan hanya diamati, dipelajari, diteliti, dikaji, didiskusikan, dan dihapalkan. Keindahan dalam pengamalan terhadap nilai-nilai keislaman akan membawa kita dalam suasana ketenangan batin sesuai dengan yang kita cita-citakan.***

Tidak ada komentar: